Conversational Commerce vs. Conversational Transactions

Inisiatif “conversational commerce” berfokus pada belanja: mem‐adopsi chatbot, asisten suara, dan widget pesan untuk membantu pelanggan memilih produk dan menyelesaikan checkout di dalam aplikasi pesan atau live chat.

Namun, di ranah filantropi, layanan publik, dan B2B—di mana transaksi bisa berupa tagihan listrik, pembayaran PDAM, donasi zakat, atau pembayaran pajak—digital commerce tidak sepenuhnya mencakup.

Karena itu, Innovasia memperkenalkan istilah Conversational Transactions: setiap tagihan dan pembayaran yang dapat diinisiasi dan diselesaikan sepenuhnya di dalam satu percakapan—tanpa memerlukan katalog produk terlebih dahulu.

Definisi Conversational Commerce

Conversational commerce adalah e-commerce yang mengintegrasikan messaging apps, chatbot, dan asisten suara agar pelanggan dapat:

  1. Menjelajahi katalog produk di jendela chat,

  2. Mendapatkan rekomendasi personal via AI,

  3. Menyelesaikan pembelian dan pembayaran dalam aplikasi pesan seperti WhatsApp, Messenger, atau WeChat.

Kenapa Perlu Mendefinisikan Ulang untuk Indonesia?

Di Indonesia, penggunaan WhatsApp sebagai kanal komunikasi sehari-hari mencapai 90,9 % dari pengguna internet lokal. Bisnis tidak hanya menjual produk—mereka menagih jasa, mengelola pembayaran langganan, dan mengumpulkan donasi.

Namun sistem conversational commerce bermakna pengguna memilih produk terlebih dulu sebelum transaksinya. Sementara di sektor layanan publik, fintech, dan filantropi—tagihan PDAM, bayar listrik, infak masjid—tidak berwujud produk.

Karena itu, Innovasia menginisiasi istilah Conversational Transactions:

“Setiap aktivitas penagihan dan pembayaran yang diinisiasi serta diselesaikan sepenuhnya di dalam satu percakapan—tanpa perlu katalog produk.”

Dengan demikian, Conversational Transactions dapat menangani kasus:

  • Tagihan PDAM dan listrik yang dikirim otomatis di chat, lalu pelanggan bayar via VA atau QRIS.

  • Pembayaran pajak di WA Business dengan autentikasi resmi.

  • Donasi filantropi: zakat, infak, wakaf—semua dapat diinisiasi lewat satu pesan.

Platform Lain dan Evolusi Transaksi di Chat

Banyak platform lain yang juga bereksperimen dengan transaksi melalui chat:

  • TikTok Shop memungkinkan checkout in-app, namun masih lewat feed dan halaman produk terpisah; bukan dalam chat langsung dengan penjual.

  • Instagram Direct memfasilitasi chat-to-shop, tapi transaksi akhir tetap dialihkan ke halaman checkout terpisah.

  • Facebook Messenger sejak 2017 telah mendukung in-chat payments via Stripe dan PayPal, namun lebih berfokus ke produk ritel, bukan layanan tagihan rutin organisasi publik atau filantropi.

  • Telegram sejak 2021 mendukung bot pembayaran, tapi ekosistemnya belum luas untuk layanan publik di Indonesia.

Sementara itu, Innovasia memosisikan WhatsApp—aplikasi tertinggi penetrasinya di Indonesia—as platform eksekusi transaksi yang inklusif untuk semua jenis pembayaran percakapan, mulai dari belanja hingga tagihan rutin dan donasi.


Dengan menggeser fokus dari “commerce” ke “transactions,” Innovasia memperluas cakupan solusi percakapan, mencakup semua bentuk transaksi—produk, jasa, tagihan, dan donasi—dalam satu konsep baru: Conversational Transactions.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *